domenica 15 aprile 2012

Kerahiman Ilahi, Cinta kasih Allah, Pengampunan


bacaan: Kis 4,32-35, Mz 118(117),2-4.16ab-18.22-24, 1Yoh 5,1-6, Yoh 20,19-31.

Bunga yang tumbuh di atas batu ini ...
adakah dia mengenali pintu-pintu surga?
Sejak Sejak tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II menetapkan hari Minggu pertama setelah Hari Raya Paskah sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Semoga kerahiman Allah menjadi unghia bagi semua, terlebih bagi orang yang dengan seluruh diri berserah kepada Allah. Ini adalah sebuah devosi yang lahir dan berkembang dari bawah, dari kehidupan rohani umat Allah yang berziarah. Pusat devosi ini, yang kebetulan amat sejalan dengan bacaan-bacaan pada hari minggu paska kedua, adalah hati.
Hati adalah organ utama dalam sistem tubuh kita. Memahaminya dalam koridor hidup rohani, para penulis Kitab Taurat pun memberi makna bahwa hati adalah motor kehidupan serta sumber afeksi / perasaan. Itulah sebabnya dalam Sacra Scrittura, kita bisa menemukan bahwa dari dalam hati ada nilai simpati – antipati, mencintai – membenci, keinginan untuk menerima – menolak. Alasannya, manusia berpikir dan memutuskan dalam hati. Ini membuka kemungkinan bahwa dengan kehendak bebasnya, manusia dapat sejalan dengan kehendak Tuhan atau sebaliknya.
Kita ingat Yer 36,26 kamu akan kuberi hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu. Hati yang membatu akan kuambil darimu dan kuberikan kepadamu hati yang lembut. Ada due unsur penting yang disampaikan oleh Yeremia: roh adalah motor penggerak kehidupan manusia dan hati mengungkapkan sikap respèk, hormat dan taat. Dalam konteks pemulihan kota Yerusalem, dua hal ini menjadi modalitas pokok untuk dapat mengenal dan menjalani kehendak Allah: Tindakan kasih Allah membuka manusia akan kedegilan hatinya, kekerasan dan ketertutupannya. Tindakan itu pada akhirnya akan mendorong manusia untuk menerima pengampunan dari Allah dan bertobat: Ya Tuhanku dan Allahku.
Tetapi, mari kita pahami konsep-konsep yang bernada miring tentang pengampunan:
oo. Mengampuni bukan berarti melupakan.
oo. Mengampuni bukan berarti menyangkal kebenaran.
oo. Mengampuni lebih dari sekedar keinginan untuk mengampuni.
oo. Mengampuni tidak dipaksakan.
oo. Mengampuni bukan berarti kembali kepada situasi seperti sediakala, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, sebelum terjadi masalah.
oo. Mengampuni tidak meminta kita untuk menyangkal hal-hak dasar kita.
oo. Mengampuni bukan sepenuhnya berarti memaafkan orang lain.
oo. Dengan mengampuni, tidak hendak menunjukkan bahwa saya lebih bermoral dari pada orang lain.
oo. Mengampuni bukan berarti melemparkan kepada Allah tanggung jawab pribadi kita kepada sesame.
Bagaimana kita belajar untuk mengampuni:
oo. Mulai dengan keputusan untuk tidak sakit hati dan balas dendam. oo. Mendesak seluruh kemanusiaan kita untuk kembali dan melihat diri sendiri dengan mengenal luka-luka batin yang belum tersembuhkan, mengakui kemiskinan hati kita lalu membagikannya kepada sahabat, orang yang dekat dan terpercaya…. bahkan kepada mereka yang telah melukai hati kita. Perlu juga mengenal, mengakui dan menerima kemarahan dan kehendak untuk balas dendam. Belajarlah untuk mengampuni diri sendiri.
oo. Membuka diri pada cakrawala sebuah relasi dinamis antar manusia dengan menitik beratkan pada nilai-nilai orang yang telah menyakiti kita. Temukan makna peristiwa ini dalam terang belas kasih Allah hingga memberikan Putra-Nya yang terkasih pada kita.
oo. Percaya bahwa mengampuni adalah cermin dari tindakan belas kasih Allah. Engkau dikasihi dan diampuni oleh Allah. Terimalah cintakasih, belas kasih dan pengampunanNya. Jangan paksakan diri untuk dapat mengampuni. Pengampunan bukanlah sebuah kewajiban moral. Untuk itulah, kita wajib membuka diri pada RAHMAT.
Penampakan Yesus kepada para muridNya yang menutup diri di rumah dengan mengunci pintu rapat-rapat, bukan untuk balas dendam pada mereka yang tidak setia dan lari ketika Dia dalam kesulitan. Peristiwa ini hendak menegaskan kebesaran Cinta kasih Allah pada manusia. Meskipun manusia jatuh berkali-kali, Allah tetap setia di sampingnya. Meskipun manusia menutup diri rapat-rapat, tetapi Yesus ada di tengah-tengah… bahkan di pusat hatinya.
p. alfonsus sx
wisma xaverian  15 april 2012 pada hari minggu kerahiman ilahi.

Nessun commento:

Posta un commento

Lettura d'oggi

Friends